Selasa, 23 Desember 2014

Makam dan Museum Sunan Drajat


Sunan Drajat diperkirakan lahir pada tahun 1470 Masehi. Nama kecilnya adalah Raden Qasim, kemudian mendapat gelar Raden Syarifudin. Dia adalah putra dari Sunan Ampel, dan bersaudara dengan Sunan Bonang. Ketika dewasa, Sunan Drajat mendirikan pesantren Dalem Duwur di desa Drajat, Paciran, Kabupaten Lamongan.

Sunan Drajat selain mendapat gelar Raden Syarifudin Sunan Drajat juga memperoleh gelar Sunan Mayang madu hal ini merupakan gelar yang diperolehnya dari kesultanan demak karena Sunan Drajat terkenal dengan kecerdasannya. Setelah menguasai pelajaran islam beliau menyebarkan agama Islam di desa Drajat sebagai tanah perdikan di kecamatan Paciran. Tempat ini diberikan oleh kerajaan Demak pada tahun saka 1442/1520 masehi
Beliau sebagai Wali penyebar Islam yang terkenal berjiwa sosial, sangat memperha­tikan nasib kaum fakir miskin. Ia terle­bih dahulu mengusahakan kesejahteraan sosial baru memberikan pemahaman tentang ajaran Islam. Motivasi lebih ditekankan pada etos kerja keras, kedermawanan untuk mengentas kemiskinan dan menciptakan kemakmuran. Usaha ke arah itu menjadi lebih mudah karena Sunan Drajat memperoleh kewenangan untuk mengatur wilayahnya yang mempu­nyai otonomi.
Sebagai penghargaan atas keberha­silannya menyebarkan agama Islam dan usahanya menanggulangi kemiskinan dengan menciptakan kehidupan yang makmur bagi warganya, beliau memperoleh gelar Sunan Mayang Madu dari Raden Patah Sultan Demak pada tahun saka 1442 atau 1520 Masehi.

Dalam sejarahnya Sunan Drajat juga dikenal sebagai seorang Wali pencipta tembang Mocopat yakni Pangkur. Sisa - sisa gamelan Singo meng­kok-nya Sunan Drajat kini tersimpan di Museum Sunan Drajat.
Untuk menghormati jasa - jasa Sunan Drajat sebagai seorang Wali penyebar agama Islam di wilayah Lamongan dan untuk melestarikan budaya serta benda-­benda bersejarah peninggalannya Sunan Drajat, keluarga dan para sahabatnya yang berjasa pada penyiaran agama Islam, Pemerintah Kabupaten Lamongan mendirikan Museum Daerah Sunan Drajat disebelah timur Makam. Museum ini telah diresmikan oleh Gubernur Jawa Timur tanggal 1 Maret 1992.
Makam Sunan Drajat dapat ditempuh dari Surabaya maupun Tuban lewat Jalan Daendels (Anyar-Panarukan), namun bila lewat Lamongan dapat ditempuh 30 menit dengan kendaraan pribadi.
Salah satu ajaran yang diajarkan oleh Sunan Drajat adalah mengenai filosofi tentang penyiaran agama islam, Filosofi Sunan Drajat dalam pengentasan kemiskinan dan persebaran agama islam kini terabadikan dalam sap tangga ke tujuh dari tataran komplek Makam Sunan Drajat. Secara lengkap makna filosofis ke tujuh sap tangga tersebut sebagai berikut :
Mènèhana teken marang wong kang wuta, Mènèhana mangan marang wong kang luwé, Mènèhana busana marang wong kang wuda, Mènèhana ngiyup marang wong kang kodanan (Berilah ilmu agar orang menjadi pandai, Sejahterakanlah kehidupan masya­rakat yang miskin, Ajarilah kesusilaan pada orang yang tidak punya malu, serta beri perlindungan orang yang menderita).

Selain filosofi yang diterapkan oleh Sunan Drajat dalam menuntas kemiskinan dan persebaran syiar agama islam, Sunan Drajat merupakan salah satu bagian dari wali songo yang proses penyebaran islam menggunakan media seni, seperti penggunaan gamelan Singo mengkok yang saat ini sudah tersimpan rapi dalam kawasan museum Sunan Drajat.
Makam dan Museum Sunan Drajat dibuka untuk peziarah mulai pukul 08.00 hingga tutup pukul 15.00, mengenai harga tiket masuk apabila berniat untuk ke makam maka tanpa harus membayar uang, sedangkan apabila ingin masuk kedalam Museum dikenakan tariff senilai Rp.10.000,.
Waktu tempuh dari kota lamongan menuju Makam dan Museum Sunan Drajat kurang lebih 45 menit, dengan dapat ditempuh mengunakan sarana transportasi umum dan kendaraan pribadi baik roda empat atau roda dua, dengan rute perjalanan hampir sama dengan rute menuju WIsata Bahari Lamongan dengan mengambil rute Jalan Nasional arah ke Semarang setelah sampai di pertigaan Sumlaran belok kiri dan melanjutkan perjalanan dengan melewati Kecamatan Sukodadi, Karanggeneng, Solokuro, hingga sampai di desa Drajat Kecamatan Paciran. Setelah itu belok kiri dan sudah sampai dilokasi wisata.
Apabila berangkat dari Kabupaten Gresik maka tinggal melewati Jalan Deandles menuju ke Semarang, setelah sampai di paciran tinggal mencari pertigaan Banjarwati setelah itu belok kiri dan kurang lebih 500 m sudah sampai di kompleks Makam dan Museum Sunan Drajat, sedangkan apabila berangkat dari Kabupaten Tuban maka sebaliknya, tinggal melewati Jalan Deandles menuju Surabaya, setelah melewati Kecamatan Brondong dan masuk Kecamatan Paciran maka tinggal mencari pertigaan Banjarwati setelah itu belok kanan dan kurang lebih dari 500 meter sudah sampai.

Selain itu dalam area Makam sunan Drajat dijumpai para penjual yang menjajakan dagangannya dengan membuka lapak serta kios dengan berjualan seperti baju gamis, kopiyah, sarung, tasbih, dan berbagai bentuk souvenir yang berhubungan dan berkaitan dengan Islam, lokasi parkir yang cukup luas dan representatif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar