Selasa, 23 Desember 2014

Sunan Sendhang Dhuwur


Sunan Sendang Duwur bernama asli Raden Noer Rahmad adalah putra Abdul Kohar Bin Malik Bin Sultan Abu Yazid yang berasal dari Baghdad (lrak). Raden Nur Rahmad lahir pada tahun 1320 M dan wafat pada tahun 1585 M. Bukti ini dapat dilihat pada pahatan yang terdapat di dinding makam beliau. Beliau adalah tokoh kharismatik yang pengaruhnya dapat disejajarkan dengan Wali Songo pada saat itu.

Bangunan Makam Sunan Sendang Duwur yang dikeramatkan oleh penduduk sekitar tersebut berarsitektur tinggi yang menggambarkan perpaduan antara kebudayaan Islam dan Hindu. Bangunan gapura bagian luar berbentuk Tugu Bentar dan gapura bagian dalam berbentuk Paduraksa. Sedangkan dinding penyangga cungkup makam dihiasi ukiran kayu jati yang bernilai seni tinggi dan sangat indah. Dua buah batu hitam berbentuk kepala Kala menghiasi kedua sisi dinding penyangga cungkup.

Makam Sunan Sendang Duwur yang letaknya di atas bukit itu, terdapat di Desa Sendang Duwur, Kecamatan Paciran. Walaupun komplek makam terletak di dataran yang cukup tinggi, tetapi bisa dijangkau oleh kendaraan umum ataupun pribadi. Sarana jalan yang sudah baik dan memadai memudahkan para pengunjung yang ingin kesana untuk berwisata ziarah.
Boyong Masjid dalam Semalam
Situs makam Raden Noer Rachmat alias Sunan Sendang Duwur makin ramai pengunjung. Selain berziarah, mereka ingin melihat peninggalan bersejarah salah satu sunan berpengaruh dalam syiar agama Islam di Jawa itu.
Sejarah penyebaran agama Islam di Pulau Jawa tidak bisa dipisahkan dari sejarah Sunan Sendang Duwur. Bukti peninggalan, makam dan masjid kuno, memberi jawaban bagaimana kiprah sunan yang makamnya terletak di Desa Sendang Duwur, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan, itu.

Data dari berbagai sumber menyebutkan, masjid kuno itu menyimpan sejarah yang berbeda dengan pembangunan masjid lainnya. Sebab, tempat ibadah umat Islam ini tidak dibangun secara bertahap oleh Sunan Sendang Duwur, melainkan melalui suatu kemukjizatan.
Ada yang mengatakan Sunan Sendang Duwur sebagai putra Abdul Qohar dari Sedayu (Gresik), salah satu murid Sunan Drajad. Ada pula yang menyebut Sunan Sendang Duwur adalah putra Abdul Qohar tapi tidak berguru pada Sunan Drajad. Namun dari perbedaan itu, disepakati bahwa Raden Noer Rochmat akhirnya diwisuda Sunan Drajad sebagai Sunan Sendang Duwur.
Setelah mendapat gelar sunan, Raden Noer berharap bisa mendirikan masjid di Desa Sendang Duwur. Karena tidak mempunyai kayu, Sunan Drajad menyampaikan masalah ini kepada Sunan Kalijogo yang mengarahkannya pada Ratu Kalinyamat atau Retno Kencono di Mantingan, Jepara, yang saat itu mempunyai masjid.

Ratu Kalinyamat merupakan putri Sultan Trenggono dari Kraton Demak Bintoro. Suaminya bernama Raden Thoyib (Sultan Hadlirin Soho) cucu Raden Muchayat, Syech Sultan dari Aceh. Saat diangkat menjadi bupati di Jepara, R. Thoyib tidak lupa bersyiar agama Islam. Sehingga dibangun masjid megah di wilayahnya pada 1531 Masehi. Banyak ulama dan kiai saat itu kagum terhadap keindahan dan kemegahan masjid tersebut.
Setelah itu Sunan Drajat memerintahkan Sunan Sendang Duwur pergi ke Jepara untuk menanyakan masjid tersebut. Tapi apa kata Mbok Rondo Mantingan saat itu? Hai anak bagus, mengertilah, aku tidak akan menjual masjid ini. Tapi suamiku (saat itu sudah meninggal, Red) berpesan, siapa saja yang bisa memboyong masjid ini seketika dalam keadaan utuh tanpa bantuan orang lain (dalam satu malam), masjid ini akan saya berikan secara cuma-cuma.
Mendengar jawaban Mbok Rondo Mantingan, Sunan Sendang Duwur yang masih muda saat itu merasa tertantang. Sebagaimana yang diisyaratkan padanya dan tentunya dengan izin Allah, dalam waktu tidak lebih dari satu malam masjid tersebut berhasil diboyong ke bukit Amitunon, Desa Sendang Duwur. Masjid Sendang Duwur pun berdiri di sana, ditandai surya sengkala yang berbunyi: “gunaning seliro tirti hayu” yang berarti menunjukkan angka tahun baru 1483 Saka atau Tahun 1561 Masehi.
Tapi cerita lain menuturkan, masjid tersebut dibawa rombongan (yang diperintah Sunan Drajad dan Sunan Sendang Duwur) melalui laut dari Mantingan menuju timur (Lamongan) dalam satu malam. Rombongan itu diminta mendarat di pantai penuh bebatuan mirip kodok (Tanjung Kodok) yang terletak di sebelah utara bukit Amitunon di Sendang Duwur.
Rombongan dari Mantingan itu disambut Sunan Drajat dan Sunan Sendang Duwur beserta pengikutnya. Sebelum meneruskan perjalanan membawa masjid ke bukit Amitunon, rombongan itu diminta istirahat karena lelah sehabis menunaikan tugas berat. Saat istirahat, sunan menjamu rombongan dari Mantingan itu dengan kupat atau ketupat dan lepet serta legen, minuman khas daerah setempat. Berawal dari sini, sehingga setiap tahun di Tanjung Kodok (sekarang Wisata Bahari Lamongan) digelar upacara kupatan.
Ajaran Relevan
Dari masjid inilah Sunan Sendang Duwur terus melakukan syiar agama Islam. Salah satu ajaran yang masih relevan pada zaman sekarang adalah : “mlakuho dalan kang benar, ilingo wong kang sak burimu” (berjalanlah di jalan yang benar, dan ingatlah pada orang yang ada di belakangmu. Ajaran sunan ini menghimbau pada seseorang agar berjalan di jalan yang benar dan kalau sudah mendapat kenikmatan, jangan lupa sedekah.

Hubungan Sunan Drajad dengan Sunan Sendang Duwur sangat erat dalam siar agama Islam, dan hubungan itu terus mengalir sampai kini. Terlihat, tidak jarang para peziarah ke makam Sunan Drajad di Desa Drajad, Kec. Paciran untuk singgah ke Sunan Sendang Duwur.
Masjid itu kini sudah berusia 477 tahun (didirikan R. Thoyib di Mantingan pada 1531). Karena usianya yang tua, beberapa konstruksi kayunya terpaksa diganti dan yang asli tetap disimpan di lokasi makam, di sekitar masjid. Maski masjid kuno itu sempat dipugar, arsitektur masjid peninggalan wali ini masih tampak dan menggambarkan kebesaran pada zamannya.
Bangunan yang menunjukkan Hinduistis masih tampak di masjid dan makam. Meski halaman dan makam menyatu, masjid ini mempunyai halaman sendiri-sendiri.Dari arah jalan, yang tampak lebih dulu adalah kompleks pecandian. Sedangkan gapura halaman berbentuk mirip Candi Bentar di Bali. Bentuk candi seperti ini telah dikenal sejak zaman Majapahit, seperti Gapura Jati Pasar dan Waringin Lawang. (kadam mustoko)



Waduk Gondang


        Waduk Gondang terletak di Desa Gondang Lor dan Desa Deket Agung Kecamatan Sugio, sekitar 19 Km ke arah barat kota Lamongan. Selain fungsi utamanya sebagai tempat irigasi bagi persawahan dan pertambakan masyarakat Lamongan, waduk Godang juga dijadikan sebagai tempat objek wisata.

         Ditempat Wisata yang penuh pepohonan ini, juga dilengkapi dengan sarana bermain anak-anak, bumi perkemahan, kebun binatang mini yang dihuni oleh Rusa, Orang Hutan, Kera, burung Garuda, Merak, Ular dan satwa lainnya. Di Waduk Gondang juga terdapat perahu wisata, sepeda air yang dapat digunakan untuk mengelilingi waduk sambil menikmati keindahan perbukitan dan pepohonan jati, serta sarana pemancingan bagi mereka yang gemar memancing.


        Tidak jauh dari Waduk Gondang terdapat makam Dewi Sekardadu, putri Adipati Blambangan yang diperistri oleh Kanjeng Maulana Iskak.  Oleh masyarakat Gondang dan sekitarnya, Makam Dewi Sekardadu dikenal sebagai Makam Mbok Rondo Gondang sebagai ibu dari Joko Samudro atau Sunan Giri. Makam yang terletak di tepi jalan sebelah timur Waduk Gondang ini ditemukan pada tahun 1911, kemudian dilakukan pemugaran pada tahun 1917.

Wisata Bahari Lamongan


Wisata Bahari Lamongan atau disingkat WBL adalah tempat wisata bahari yang terletak di Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Tempat wisata ini dibuka sejak 14 November 2004. Wisata Bahari Lamongan dikelola oleh PT Bumi Lamongan Sejati, sebuah perusahaan patungan Pemkab Lamongan dengan PT Bunga Wangsa Sejati.
Wisata Bahari Lamongan dibangun di lokasi yang dahulu dikenal dengan pantai Tanjung Kodok. Objek wisata ini berada di jalur pantura Surabaya-Tuban, serta berada di dekat sejumlah objek wisata andalan di Jawa Timur, di antaranya Gua Maharani, Makam dan Museum Sunan Drajat, Makam Sunan Sendang Duwur, dan Tanjung Kodok Resort. Tidak jauh dari WBL, sekitar 5 kilometer ke arah timur, sudah dioperasikan kawasan bisnis dan pelabuhan moderen yang dikenal dengan Lamongan Shorebase (LS). Sementara itu, sekitar 6 kilometer arah barat terdapat pelabuhan perikanan nusantara di Kecamatan Brondong dengan tempat pelelangan ikan yang sangat dikenal di Jawa Timur.


Pintu masuk objek wisata Bahari Lamongan dihiasi patung kepiting raksasa dengan capit terbuka. Selain itu dalam area bangunan depan terdapat area pusat jajanan dan oleh-oleh yang dimiliki oleh kabupaten lamongan serta yang membedakan dengan objek wisata lain adalah adanya mini market yang menjajakan berbagai aneka olahan hasil laut seperti ikan dan rumput laut.
Selain itu sarana transportasi berupa jalan raya menuju objek Wisata Bahari Lamongan cukup baik dan mudah dijangkau, dengan perjalanan sekitar satu jam dari pusat kota dengan rute mengambil jalur nasional menuju arah ke Semarang setelah sampai di pertigaan Sumlaran Sukodadi maka belok kanan perjalanan dilanjutkan dengan melewati jalan raya yang melewati kecamatan Sukodadi, Karanggeneg, Solokuro, hingga sampai di pertigaan Banjarwati Kecamatan Paciran setelah itu belok kiri dan sekitar 1 KM akan sampai di objek Wisata Bahari Lamongan.
Apabila berangkat dari Kabupaten Gresik maka tinggal melewati Jalan Deandles menuju ke Semarang, setelah sampai di paciran tinggal mencari objek Wisata Bahari Lamongan yang terletak di sebelah kanan jalan, sedangkan apabila berangkat dari Kabupaten Tuban maka sebaliknya, tinggal melewati Jalan Deandles menuju Surabaya, setelah melewati Kecamatan Brondong maka tinggal menuju objek wisata yang berada di sebelah kiri jalan.

Secara tidak langsung objek Wisata Bahari Lamongan terletak dikawasan strategis, pengembangan wisata yang awalnya bernama Tanjung Kodhok mengalami peningkatan, hal ini didasarkan parameter jumlah kunjungan tiap tahun yang mengalami peningkatan terutama saat libur, terutama libur karena perayaan idul fitri dan libur panjang sekolah.
Selain itu didekat objek Wisata Bahari Lamongan terdapat resort yang bagus dan memadai baik dari sarana dan prasarana serta fasilitas yang dimiliki, resort tersebut bernama Tanjung Kodhok Beach Resort atau yang dikenal dengan nama TKBR, dalam tempat tersebut selain untuk penginapan maka bisa juga digunakan untuk rapat, resepsi pernikahan, kegiatan pengembangan diri, serta workshop. Dengan tarif yang mencapai 250.000 tiap malam maka sebanding dengan pelayanan yang diberikan oleh pihak resort karena sudah termasuk bintang empat.

Wisata Bahari Lamongan setiap tahunnya selalu ditambah dua sampai tiga wahana baru, maka tidak aneh jika saat ini lebih dari 70 jenis wahana yang berada di Wisata Bahari Lamongan, dengan harga tiket untuk hari biasa senilai 40.000 dan hari libur senilai 50.000 maka apabila berkunjung ke Lamongan Wisata Bahari Lamongan merupakan wisata yang wajib untuk dikunjungi, karena harga tiket masuk yang terjangkau bagi pengunjung serta pengunjung dapat menikmati keseluruhan objek wisata hanya dengan cara menunjukkan tiket yang telah dililitkan di lengan tangan.

Wisata Bahari Lamongan mulai buka pukul 08.00 dan tutup pukul 17.00, dengan lamnya waktu berkunjung maka pengunjung akan dipuaskan dengan wahana yang ada, selain itu di WBL dilengkapi dengan foodcourt yang terletak didalam dan di luar wahana, karena terdapat peraturan bahwa apabila akan masuk wahana maka makanan berat tidak diperbolehkan dibawah masuk kedalam wahana wisata, serta terdapat pusat jajanan dan oleh-oleh Kabupaten Lamongan yang dijajakan yang bertempat di dekat pintu masuk, selain itu terdapat super market yang khusus menjajakan aneka olahan yang berasal dari laut baik yang masih mentah atau sudah matang.

Selain memiliki super market dan pusat jajanan maka sarana dan prasarana pendukung juga sangat diperhatikan, seperti lokasi parkir yang sangat luas dan representatif, toilet yang terjaga kebersihannya karena setiap lima jam sekali dilakukan pembersihan, tempat pengaduan dan bagian kemanan yang senantiasa mengingatkan untuk menjaga barang bawaan dan senantiasa berhati-hati karena kejahatan bisa terjadi dimana saja apabila terdapat kesempatan.

Bagi para orang yang berkebutuhan khusus atau Difabel, maka pihak manajemen sudah menyiapkan trayek sendiri untuk mengunjungi wahana wisata, selain itu terdapat tour gate yang akan membantu mulai dari mebeli karcis, masuk wahana, hingga selesai. Hal ini dilakukan supaya semua pengunjung dapat menikmati wahana dan memiliki tingkat kepuasan terhadap pengelola objek wisata.

Makam dan Museum Sunan Drajat


Sunan Drajat diperkirakan lahir pada tahun 1470 Masehi. Nama kecilnya adalah Raden Qasim, kemudian mendapat gelar Raden Syarifudin. Dia adalah putra dari Sunan Ampel, dan bersaudara dengan Sunan Bonang. Ketika dewasa, Sunan Drajat mendirikan pesantren Dalem Duwur di desa Drajat, Paciran, Kabupaten Lamongan.

Sunan Drajat selain mendapat gelar Raden Syarifudin Sunan Drajat juga memperoleh gelar Sunan Mayang madu hal ini merupakan gelar yang diperolehnya dari kesultanan demak karena Sunan Drajat terkenal dengan kecerdasannya. Setelah menguasai pelajaran islam beliau menyebarkan agama Islam di desa Drajat sebagai tanah perdikan di kecamatan Paciran. Tempat ini diberikan oleh kerajaan Demak pada tahun saka 1442/1520 masehi
Beliau sebagai Wali penyebar Islam yang terkenal berjiwa sosial, sangat memperha­tikan nasib kaum fakir miskin. Ia terle­bih dahulu mengusahakan kesejahteraan sosial baru memberikan pemahaman tentang ajaran Islam. Motivasi lebih ditekankan pada etos kerja keras, kedermawanan untuk mengentas kemiskinan dan menciptakan kemakmuran. Usaha ke arah itu menjadi lebih mudah karena Sunan Drajat memperoleh kewenangan untuk mengatur wilayahnya yang mempu­nyai otonomi.
Sebagai penghargaan atas keberha­silannya menyebarkan agama Islam dan usahanya menanggulangi kemiskinan dengan menciptakan kehidupan yang makmur bagi warganya, beliau memperoleh gelar Sunan Mayang Madu dari Raden Patah Sultan Demak pada tahun saka 1442 atau 1520 Masehi.

Dalam sejarahnya Sunan Drajat juga dikenal sebagai seorang Wali pencipta tembang Mocopat yakni Pangkur. Sisa - sisa gamelan Singo meng­kok-nya Sunan Drajat kini tersimpan di Museum Sunan Drajat.
Untuk menghormati jasa - jasa Sunan Drajat sebagai seorang Wali penyebar agama Islam di wilayah Lamongan dan untuk melestarikan budaya serta benda-­benda bersejarah peninggalannya Sunan Drajat, keluarga dan para sahabatnya yang berjasa pada penyiaran agama Islam, Pemerintah Kabupaten Lamongan mendirikan Museum Daerah Sunan Drajat disebelah timur Makam. Museum ini telah diresmikan oleh Gubernur Jawa Timur tanggal 1 Maret 1992.
Makam Sunan Drajat dapat ditempuh dari Surabaya maupun Tuban lewat Jalan Daendels (Anyar-Panarukan), namun bila lewat Lamongan dapat ditempuh 30 menit dengan kendaraan pribadi.
Salah satu ajaran yang diajarkan oleh Sunan Drajat adalah mengenai filosofi tentang penyiaran agama islam, Filosofi Sunan Drajat dalam pengentasan kemiskinan dan persebaran agama islam kini terabadikan dalam sap tangga ke tujuh dari tataran komplek Makam Sunan Drajat. Secara lengkap makna filosofis ke tujuh sap tangga tersebut sebagai berikut :
Mènèhana teken marang wong kang wuta, Mènèhana mangan marang wong kang luwé, Mènèhana busana marang wong kang wuda, Mènèhana ngiyup marang wong kang kodanan (Berilah ilmu agar orang menjadi pandai, Sejahterakanlah kehidupan masya­rakat yang miskin, Ajarilah kesusilaan pada orang yang tidak punya malu, serta beri perlindungan orang yang menderita).

Selain filosofi yang diterapkan oleh Sunan Drajat dalam menuntas kemiskinan dan persebaran syiar agama islam, Sunan Drajat merupakan salah satu bagian dari wali songo yang proses penyebaran islam menggunakan media seni, seperti penggunaan gamelan Singo mengkok yang saat ini sudah tersimpan rapi dalam kawasan museum Sunan Drajat.
Makam dan Museum Sunan Drajat dibuka untuk peziarah mulai pukul 08.00 hingga tutup pukul 15.00, mengenai harga tiket masuk apabila berniat untuk ke makam maka tanpa harus membayar uang, sedangkan apabila ingin masuk kedalam Museum dikenakan tariff senilai Rp.10.000,.
Waktu tempuh dari kota lamongan menuju Makam dan Museum Sunan Drajat kurang lebih 45 menit, dengan dapat ditempuh mengunakan sarana transportasi umum dan kendaraan pribadi baik roda empat atau roda dua, dengan rute perjalanan hampir sama dengan rute menuju WIsata Bahari Lamongan dengan mengambil rute Jalan Nasional arah ke Semarang setelah sampai di pertigaan Sumlaran belok kiri dan melanjutkan perjalanan dengan melewati Kecamatan Sukodadi, Karanggeneng, Solokuro, hingga sampai di desa Drajat Kecamatan Paciran. Setelah itu belok kiri dan sudah sampai dilokasi wisata.
Apabila berangkat dari Kabupaten Gresik maka tinggal melewati Jalan Deandles menuju ke Semarang, setelah sampai di paciran tinggal mencari pertigaan Banjarwati setelah itu belok kiri dan kurang lebih 500 m sudah sampai di kompleks Makam dan Museum Sunan Drajat, sedangkan apabila berangkat dari Kabupaten Tuban maka sebaliknya, tinggal melewati Jalan Deandles menuju Surabaya, setelah melewati Kecamatan Brondong dan masuk Kecamatan Paciran maka tinggal mencari pertigaan Banjarwati setelah itu belok kanan dan kurang lebih dari 500 meter sudah sampai.

Selain itu dalam area Makam sunan Drajat dijumpai para penjual yang menjajakan dagangannya dengan membuka lapak serta kios dengan berjualan seperti baju gamis, kopiyah, sarung, tasbih, dan berbagai bentuk souvenir yang berhubungan dan berkaitan dengan Islam, lokasi parkir yang cukup luas dan representatif.

Maharani Zoo and Gua


Gua Maharani terletak di Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan Jawa Timur. Gua yang disebut juga sebagai Gua Istana Maharani ini berada di kedalaman 25 m dari permukaan tanah dengan rongga gua seluas 2500 m2. Diketemukan tanpa sengaja pada tanggal 6 Agustus 1992 dan diresmikan sebagai obyek wisata pada tanggal 10 Maret 1994 oleh Bupati Lamongan.
Gua ini letaknya sangat strategis karena terletak kurang lebih 500 m dari pantai laut Jawa dan berada di tepi jalan Gresik-Tuban. Tidak jauh dari gua ini terdapat obyek wisata Wisata Bahari Lamongan (WBL) atau yang terkenal dengan sebutan "Tanjung Kodhok".










Salah satu keunikan dan keunggulan dari Gua Maharani adalah terdapat stalaktit dan stalakmit yang masih aktif, keindahan stalaktit dan stalakmit ditambah dengan aliran air yang ada pada wilayah tertentu. Stalaktit dan stalakmit yang berada di dalam Gua Maharani mengalami pertumbuhan sepanjang 3-5 cm, keindahan stalaktit dan stalakmit yang terdapat di dinding gua dalam suatu penelitian disejajarkan dengan gua yang berada di kawasan Spanyol karena secara bentuk dan kemiripan stalaktit dan stalakmit banyak terjadi kemiripan dan kesamaan.

Saat ini Wisata Gua Maharani diperluas dengan adanya kebun binatang mini serta terdapat museum satwa. Dimana Gua Maharani sekarang tidak hanya menjadi tempat wisata gua saja tetapi telah dikembangkan sebagai tempat rekreasi kebun binatang (Zoo) yang telah memiliki banyak koleksi binatang. Sehingga Gua Maharani sekarang telah berubah nama menjadi Maharani Zoo & Gua (Mazola). Hal ini dapat mendukung Gua Maharani karena selain terdapat stalaktit dan stalakmit yang indah, juga terdapat beberapa jenis koleksi satwa dalam kebun binatang.

Mazola dibuka untuk umum mulai buka pukul 08.00 hingga tutup pukul 17.00, mengenai harga tiket masuk untuk hari kerja senilai Rp.15.000 dan pada saat hari libur dan weekend senilai Rp.20.000 sedangkan untuk tiket terusan apabila setelah berkunjung ke Mazola dan ingin berwisarta di WBL maka harga tiket yang ditawarkan senilai Rp.60.000 untuk hari kerja dan Rp.70.000 untuk hari libur dan weekend dan untuk perpindahan dari Mazola menuju WBL telah dibangun jembatan layang yang menghubungkan antar dua objek yang saling berseberangan.

Waktu tempuh dari kota Lamongan menuju Mazola kurang lebih satu jam, dengan dapat mengunakan sarana transportasi umum dan kendaraan pribadi baik roda empat atau roda dua, dengan rute perjalanan hampir sama dengan rute menuju Wisata Bahari Lamongan dengan mengambil rute Jalan Nasional arah ke Semarang setelah sampai di pertigaan Sumlaran belok kiri dan melanjutkan perjalanan dengan melewati Kecamatan Sukodadi, Karanggeneng, Solokuro, hingga sampai di pertigaan Banjarwati Paciran. Setelah itu belok kiri dan kurang lebih 1 KM sudah sampai ditempat wisata Maharani Zoo and Goa (Mazola).
Apabila berangkat dari Kabupaten Gresik maka tinggal melewati Jalan Deandles menuju ke Semarang, setelah sampai di paciran tinggal mencari objek Wisata Bahari Lamongan yang terletak di sebelah kanan jalan, sedangkan apabila berangkat dari Kabupaten Tuban maka sebaliknya, tinggal melewati Jalan Deandles menuju Surabaya, setelah melewati Kecamatan Brondong maka tinggal menuju objek wisata yang berada di sebelah kiri jalan.
Dalam pintu masuk Gua Maharani terdapat patung naga, dalam sejarahnya dulu istana Gua Maharani merupakan tempat seorang wanita bersemedi untuk mendekatkan diri kepada sang pencipta dan dijaga oleh naga sebagai pelindung dari wanita tersebut supaya tidak diganggu oleh orang dari luar.
Selain terdapat patung naga, dalam pintu belakang menuju tempat keluar dari Gua Maharani terdapat buaya yang hidup sepasang, dan diperkirakan buaya ini hidup sejak awal ditemukan Gua Maharani pada tahun 1992 oleh penggali batuan yang bernama Bapak Sugeng dkk, dalam ceritanya selain naga yang menjaga pintu luar, maka buaya yang menjaga pintu belakang, supaya sang pertapa benar-benar aman dari gangguan orang lain.
Jarak yang cukup strategis, dan didukung dengan berbagai objek wisata sekunder maka Mazola berperan penting dalam hal pendapatan anggaran dana Kabupaten Lamongan setelah Wisata Bahari Lamongan, terutama setelah dari pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk penambahan kebun binatang mini yang pertama di Kabupaten Lamongan dan adanya Museum satwa mini yang kebanyakan hewan berasal dari eropa, afrika, asia, dan juga hewan yang berasal dari Indonesia.

Selain keindahan panorama stalaktit dan stalakmit pada dinding-dinding Goa Maharani, sarana dan prasarana pendukukung objek wisata sangat diperhatikan oleh pengelola, mulai dari penyediaaan lapangan parkir yang luas dan memadai, ruang toilet yang bersih, loket masuk yang baik dan memadai untuk orang banyak, penataan jalur untuk masuk gua yang jalurnya sudah ditentukan dan dibuat menyerupai pagar agar stalaktit dan stalakmit tetap tumbuh, serta penunjang dari kebun binatang mini dan museum satwa.